lapaku.com

Gibah Sumber Segala Keburukan

Rasulullah SAW bersabda “Muslim dengan Muslim lainnya bersaudara. Tidak boleh mengkhianati, mendustakan, dan menghina. Setiap Muslim dengan Muslim lainnya haram kehormatan, harta dan darahnya. Seseorang layak dikatakan jahat jika ia mencaci saudaranya sesama Muslim. “Merendahkan derajat kemanusiaan dengan cara menggunjingkannya termasuk perbuatan yang dicela dalam Islam. Inilah pemaknaan gibah yang sesungguhnya; menjatuhkan kemuliaan manusia dengaan menceritakan aibnya. Perbuatan gibah erat kaitannya dengaan interaksi sesama manusia, dan dosa pelakunya tidak akan diampuni selama belum mendapatkan pemaafan dari korbannya. “Hidup hanya sekejap, kenapa repot dengan urusan orang lain?“ kilah Ustad Budi Prayitno, penulis Spiritual Tipping Point.

”Gibah itu akar dari segala kejahatan,“ ujar Astie Ivo, artis. Gibah adalah membincangkan saudaramu dengan cara tertentu sehingga dia tidak akan senang bila mendengar hal itu. Apa pun yang kau bincangkan mengenai cacat fisik, asal usul silsilah, tingkah laku, akhlak, keyakinan atau bahkan pakaian, rumah atau kendaraannya, semua itu merupakaan gibah. Gibah dikategorikan sebagai dosa yang paling dibenci dan kotor. Karena alasan inilah gibah disebut sebagai dosa yang lebih buruk daripada perzinaan dan pencabulan.

Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penberimatobat lagi Maha Penyayang.“ (Al -Hujurat (49) : 12).

Tukang gibah melakukan dua pelanggaran. Pertama, ia berdosa kepada Allah, dan sudah semestinya ia menunjukkan penyesalan dengan bertobat. Kedua, ia menzalimi hak saudara seimannya. Jika kabar mengenai pergunjingan sampai kepada pihak yang digunjingkan, sang penyebar gossip harus meminta maaf kepada yang bersangkutan, dan mengungkapkan penyesalaan telah mengatakan kabar tak sedap itu. (Buku Gibah oleh Shakil Ahmad Khan & Wasim Ahmad). Terkait ini, Ibnu Katsir menulis “Orang –orang menyatakan bahwa memohon maaf kepadanya bukanlah sebuah kondisi (pertobatan akan gibah), karena jika Anda mengatakan kepadanya tentang hal ini, mungkin lebih menyakitkan baginya daripada jika ia tak mengetahuinya.” Namun jika orang tidak khawatir timbulnya kemudaratan akibat permintaan maaf kepada orang yang dipergunjingkan, disarankaan untuk meminta maaf.

Ijma’para ulama telah menetapkan gibah sebagai perbuatan terlarang, dan termasuk dosa besar, karena bertentangan dengan perintah Allah. “Dan ucapkaanlah kata-kata yang baik kepada manusia“ (Al Baqarah (2) : 83). Walaupun para ulama berbeda pendapat dalam memutuskan hukuman terhadap penggunjing, tetapi mereka sepakat bahwa sebagai langkah awal si penggunjing harus bertobat. Mujahid berkata, “Pertobatan atas memakan bangkai saudaramu adalah engkau memuji dan mendoakan kebaikan atasnya. Demikian pula jika yang kau gunjingkan telah meninggal.“ Kita semua pernah berbuat dosa. Mengapa kita tidak saling memaafkan satu sama lain, sehingga kita meraih ampunan Allah atas segala dosa kita? Dari Anas RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setiap Bani Adam mempunyai kesalahan dan yang paling baik dari mereka adalah yang bertaobat “ (HR.Turmuzi ).

Nabi SAW menjelaskan bahwa orang yang doyan menggibah, di akhirat akan bangkrut. Karena pahalanya digunakan untuk diberikan kepada orang digibahi. Bahkan kalau pahalanya ludes, maka dosa orang digibahi akan berpindah kepada si penggibah. Dikisahkan, bahwa satu hari ada seseorang menggibahi Al Hasan Al Basri. Bagaimana reaksi sang ulama besar kota Basrah ini? “Beliau mengirimi si penggibah itu sepiring buah palem dengan pesan, Aku mendengar bahwa kamu telah memberiku hasanah-mu sebagai sebuah hadiah, dan aku ingin mengembalikan kebaikan itu. Mohon maaf karena aku tidak mampu mengembalikannya secara utuh.“ Gibah pada kenyataannya adalah kebaikan dari pelakunya. Dari ‘Amrs bin Al ‘Ash bahwa ia melalui bangkai keledai, dan berkata kepada beberapa temannya, “Lebih baik jika seseorang makan daging ini sekenyangnya-kenyangnya daripada makan daging bangkai saudaranya sesama Muslim.”

Seorang lelaki menyebutkan esuatu yang buruk tentang seseorang kepada temannya. Temannya itu berkata, “Apa kamu pergi dan memerangi bangsa Romawi?” Ia menjawab, “Tidak!“ Temannya bertanya “Apakah kamu pergi dan memerangi bangsa Turki?” Ia menjawab, “Tidak.“ Lalu temannya itu berkata, “Bangsa Romawi selamat darimu, dan orang-orang Turki selamat darimu, tapi saudara-saudaramu umat Muslim tidak selamat darimu!” Jabir bin Abdullah RA berkata, “Kami bersama-sama Rasulullah, kemudian tercium bau busuk. Rasulullah SAW. bersabda, ‘Tahukah kamu bau apakah ini ? Ini bau busuk orang-orang yang menggunjingkan orang beriman.“ (Musnad Ahmad).

Jangankan menggibah, bahkan mendengar dan atau memperhatikan gossip saja, adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan manusia dihadapan Allah. Adalah terlarang untuk duduk bersama orang yang bergosip dan bergunjing. Menolak mendengarkan gibah dan ucapan yang buruk adalah salah satu ciri orang beriman. Kehormataan orang beriman harus dibela dengan mengkritik perkataan tukang gossip atau dengan mengatakan hal-hal yang baik dan benar adanya tentang orang yang digunjingkan. Rasul SAW berpesan, “Barangsiapa melihat kejahatan, hendaknya dia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, lakukan dengan lidahnya; atau jika ia tidak melakukannya,hendaknya ia menetangnya dalam hati, dan itulah selemah-lemahnya iman.“ (HR.Muslim).

Menyendiri akan membantu kita untuk mengingat Allah sehingga terbaca hikmah kehadiran tanda-tanda-Nya. Juga akan menjauhkan kita dari gunjingan, karena bergunjing hanya akan menuntun kita pada dosa-dosa lainnya. Menyibukkan diri dalam usaha mencegah gibah adalah jihad, bahkan termasuk jihad terbesar. Jihad melawan musuh-musuh Allah mungkin hanya untuk waktu tertentu dalam kehidupan seseorang. Tetapi pertarungan mengendalikan ogo hanya akan berakhir ketika hidup orang tersebut berakhir. Usaha untuk membebaskan ego dari kemunafikan, prsasangka, dan bangga diri merupakan sebuah misi kehidupan yang panjang dan terus menerus.Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW,bersabda, “Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat, tetapi orang yang dapat menahan dirinya ketika marah “(HR.Muslim). Juga Rasulullah SAW mengingatkan, “Tidak lurus keimanan seorang hamba hingga kalbunya lurus, dan tidaklah lulus kalbunya hingga lisannya lurus. Dan seseorang tidak akan masuk surga bila tetangganya tidak merasa aman dari berbagai kejahatannya “ (HR.Ahmad). Wallahualam. **

Dahsyatnya Taubat

“ Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman,untuk tunduk hati mereka mengingat Allah… “ ( Al Hadid ( 57 ) : 176 ).

Ayat itulah yang didengar dalam mimpinya dan sekaligus menyadarkan Malik bin Dinaar dari dunia hitam yang digelutinya selama ini.Begitu terbangun Malik bin Dinaar mandi dan berwudhu untuk mengerjakan salat subuh,karena ingin bertaubat dan kembali ke jalan yang dibenarkan Allah. Dia masuk ke masjid untuk melaksanakan salat subuh berjmaah.Maha suci Allah.Ternyata sang imam membaca ayat yang sama dengan mimpi yang dialaminya tadi malam.Malik bin Dinaar bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benar taubat.Menurut riwayat, Malik bin Dinaar setelah bertaubat berdiri dipintu masjid setiap hari seraya berkata, “ Wahai hamba yang bermaksiat,kembalilah kepada Tuhanmu. Wahai hamba yang lupa, kembalilah untuk mengingat Tuhanmu.Wahai hamba yang jauh,mendekatlah kepada Tuhanmu “.Beruntunglah Malik bin Dinaar, sebab ketika ia menyadari bahwa dirinya berlumuran dosa, taubat menjadi solusi yang tepat.Allah Ta’ala berfirman “ Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya “ ( At-Tahrim (66) : 8.) Rasulullah SAW bersabda “ Setiap anak Adam ( manusia ) pasti sering berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang mau bertaubat “ ( HR.IbnuMajah ). Selain itu bukankah Allah SWT selalu memanggil hambanya siang malam dengan mengatakan “ Barang siapa yang mendekati-Ku satu hasta Aku akan mendekatinya satu depa. Barangsiapa yang mendatangi-Ku sambil berjalan, Aku akan mendatanginya dengan jalan tergesah-gesah “ ( HR.Bukhari ).

Islam tidak memandang manusia bagaikan malaikat tanpa kesalahan dan dosa sebagaimana Islam tidak membiarkan manusia berputus asa dari ampunan Allah, betapa pun dosa yang telah diperbuat manusia sebanyak pasir di gurun.Bahkan Nabi SAW telah membenarkan hal ini sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah di atas.Taubat dalam Islam tidak mengenal perantara.Bahkan, pintunya selalu terbuka luas tanpa menghalang dan batas. Allah selalu membentangkan tangan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang ingin kembali kepada-Nya. Seperti terungkap dalam hadis riwayat Muslim dari Abu Musa al-As’ari “ Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada malam hari sampai matahari terbit dari barat “.Imam At Tirmizi berpandangan bahwa taubat merupakan salah satu rahmat Allah melalui ibadah dan karunia kepada para hamba-Nya.Hal itu tersurat dalam komentarnya : “ Allah SWT. memandang sejumlah hamba dengan rahmat-Nya, lalu mengaruniakan mereka pintu taubat dan membukakan matahati mereka “.Imam At Tirmizi merujuk kepada firman Allah dalam suraah Al An’am ( 6 ) ayat 54., yaitu terhadap orang yang bertaubat Allah menjanjikan ampunan dan rahmat-Nya.Karena itu bertaubat menurut beliau, termasuk salah satu rahmat Allah.Contoh orang yang diberi nikmat taubat oleh Allah “ Berkat karunia-Nya, para ahli ibadah itu menyadari kemaksiatan yang menutupi matahati mereka. Berkat karunia-Nya pula,mereka menyadari sanksi yang bakal ditimpakan pada para pelaku maksiat.Setelah menyadari semua itu, mereka bun bertekad melepaskan diri dari jerat maksiat.Kesadaran seperti ini sebetulnya memang disokong pula oleh taufik-Nya.Bila mereka melepaskan diri dari jerat maksiat dengan bertaubat, mereka berarti telah memutihkan kembali hati mereka dari titik hitam kemaksiatan yang mengotorinya “.

Orang – orang yang bartaubat menurut Imam Turrmuzi, yaitu orang yang menyandang gelar “ Orang-orang yang bertaubat “, jika taubat mereka diterima. Taubat menurut Turmuzi ada tiga kreteria : Pertama, taubat yang diterima. Cirinya, pelakunya merasakan manisnya ketaatan kepada Allah dan mencicipi getirnya kemaksiatan kepada-Nya.Dalam hal ini tidak hanya sebatas anggota tubuh menjauhkan segala perbuatan dosa. Namun, menurut Tirmuzi, hati pelakunya juga harus benar-benar bersih dari belenggu dosa yang telah menyelimuti hatinya.Terkait ini Rasul SAW. pernah bersabda tentang kebajikan dan dosa “ Kebajikan itu sesuatu yang menenangkan hati, sedangkan dosa itu sesuatu yang berbekas di hati dan membuat pelakunya gelisah ““ Kedua, taubat yang ditangguhkan. Cirinya, pelakunya tidak merasakaan manisnya ketaatan kepada Allah, tetapi justru “ menderita “ ketika taat kepada-Nya.Contoh. Di zaman Bani Israil, ada seorang ahli ibadah yang telah berbuat maksiat. Namun tidak disebutkan jenisnya .Sebagai orang alim, ia sadar bahwa akibat perbuatannya itu pasti Allah akan memberikan sanksi kepadanya. Karena waktunya sudah berlangsung lama, ia merasa bulum juga diberikan sanksi ( teguran , peringatan ) oleh Allah, maka ia melaporkan masalah ini kepada Nabi Musa AS. Setelah Nabi Musa AS bermunajat kepada Allah, maka Allah mewahyukan kepada Nabi Musa,kurang lebih “ Wahai Musa, sampaikan kepada hamba-Ku itu, sudah sejak berapa lama ia tidak merasakan lezatnya beribadah kepada-Ku,lantaran maksiat yang dilakukannya itu “.Setelah disampaikaan jawaban Allah tersebut, maka si ‘Abid tadi langsung bertaubat sebanyak-banyaknya. .Ketiga, taubat yang ditolak.Pelakunya merasa bangga dan congkak, terhadap kemaksiatan kepada Allah.

“ Terlalu banyak dosa dan maksiat akan membuat hati kita tertutup debu, memupuskaan setiap doa yang dipanjatkan ke langit.Bahkan dosa yang terlampau banyak dapat menutup pintu rezeki. Jika pintu rezeki tetah tertutup, maka kita harus membukanya, dan tiada kunci yang dapat membukanya kecuali bertaubat. Jadi, jika kita merasa rezeki seret, cobalah berintrospeki “ Dosa apa saja yang telah kita perbuat selama ini” demikian antara lain, kilah Baba Rusyda Babel Haqq dalam bukunya “ Shalat Dhuha :.Rasulullah SAW. pernah memberi nasehat, “ Tiada sesuatu yang dapat menolak takdir keculi doa, dan tiada yang dapat menambah umur kecuali amal kebajikan.Sesungguhnya seseorang diharamkan rezeki baginya disebabkan dosa yang diperbuatnya “ ( HR.Tirmizi dan Al Hakim ).Dalam hadis lain beliau juga bersabda “Sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki disebabkaan oleh perbuatan dosanya “ ( HR.Ahmad ).

Beberapa nash Al Quran dan hadis Nabi menyebutkan bahwa istighfar dan taubat termasuk sebab datangnya rezeki. Allah SWT. Berfirman “ Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu’,sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan pula di dalamnya untukmu sungai-sungai “ ( Nuh ( 7 ) : 10-12 ).
Umar bin Khattab juga berpegang pada esensi dan substansi ayat ini ketika ia diminta memohon hujan kepada Allah. Diriwayatkan suatu ketika Umar keluar untuk memohon hujan bersama orang banyak. Ia tidak lebih dari mengucapkan istighfar ,lalu pulang. Seseorang bertanya kepadanya “ Aku tak mendengaar Anda memohon hujan “. Maka Umar menjawab “ Aku memohon diturunkannya hujan dengan menengadah kelangit yang dengannya bakal turun air hujan “.Bahkan dengan tegas Rasulullah SAW.bersabda “ Barangsiapa memperbanyak istighfar ( mohon ampun kepada Allah ), niscaya Allah menjadikan setiap kesedihaannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitaannya kelapangan, dan Allah akan memberinya rezeki yang halal dari arah yang tiada disangka-saangka “ ( HR.Ahmad, Abu Daud, An Nasai, Ibnu Majah dan Al Hakim ).
Wallahulam.( 4 )

Dahsyatnya Akhlak Mulia

“Jejak – jejak akhlakku akan tetap berada di tengah-tengah umatku hingga hari kiamat. Satu-satunya alasan bagi kemuliaan dan kebanggaan bagi setiap orang adalah akhlak mereka. Dalam pekerjaan mereka, perolehan, kebiasaan, keadaan mereka saat ini, keberhasilan sejati hanya dicapai melalui akhlak yang baik, terutama jika akhlak itu disempurnakan dengan keadilan.“ (Al Hadis Nabi SAW).

Al Rafi’i menuturkan “Seandainya aku diminta untuk merangkum filosofi seluruh ajaran Islam dalam dua kata, maka akan kukatakan “Keluruhan akhlak.“ Apa dasarnya? ”Rasul SAW bersabda “Aku diutus semata-mata untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak “ (HR. Imam Malik). Lalu “Mengapa Nabi Muhammad SAW diutus? Allah SWT berfirman : “Kami tidak mengutusmu (wahai Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta“ (Al Anbiya 107). Muncul pertanyaan berikutnya, “Mana lebih penting antara salat, puasa, doa, zikir, haji dan seterusnya ? Dr. Amr Khad, Motivator Muslim kaliber Dunia menjawab, “Akhlak lebih penting. Sebab tujuan utama seluruh ibadah adalah membenahi akhlak. Kalau tidak, maka ibadah tersebut akan jadi semacam latihan olahraga saja.“ Misalnya Allah berfirman, “Dirikanlah salat. Sesungguhnya salat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.“ (Al-Ankabut 45). Jadi, yang salatnya tidak mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar, berarti salatnya itu hanya berupa gerakan olahraga.Ia mengerjakan salat, tetapi akhlaknya tidak membaik. Dalam hadis qudsi, Allah berfirman ”Aku hanya menerima salat dari orang yang dengannya ia tawadhu pada keagungan-Ku, tidak menyakiti makhluk-Ku, berhenti bermaksiat pada-Ku, melewati siangnya dengan zikir pada-Ku, serta mengasihi orang fakir, orang yang sedang berjuang di jalan-Ku, para janda, dan orang yang ditimpa musibah“ (HR.Al Zubaidi). Sehingga Imam Ja’far Al Shadiq, buyut Nabi Muhammad SAW berkata, “Tidak diterima salat seseorang yang tidak memiliki kepedulian terhadap orang yang lapar dan terlantar.“

Salah satu contoh .Allah SWT berfirman, “Haji adalah beberapa bulan yang telah diketahui. Siapa yang menetapkan niat dalam bulan itu untuk mengerjakan haji maka tidak boleh berbuat kotor, berbuat fasik dan berbantah-bantahan dalam masa haji”(Al Baqarah 197). Karena itu ibadah Haji akan sia-sia bila tidak disertai dengan akhlak yang baik. Contoh lain Allah SWT berfirman, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka yang dengan zakat tersebut engkau membersihkan dan menyucikan mereka“ (QS.At-Taubah 103). Tujuan zaakat antara lain adalah untuk menyucikan. Maknanya adalah mendidik dengan akhlak yang baik. Orang yang mengeluarkan zakat akan belajar mengasihi dan bermurah hati. Nabi SAW bersabda, “Jika kalian sedang berpuasa, jangan berbuat kotor dan membentak. Jika dimaki atau diajak berkelahi, katakan ‘Aku sedang puasa.‘ (HR. Muslim). Dikisahkan, satu waktu Nabi SAW berkunjung ke rumah salah seorang sahabatnya. Sebelum masuk, Nabi SAW mendengar si tuan rumah berkata keras dan kasar kepada pembantunya. Si tuan rumah menerangkan kepada Nabi SAW bahwa ia sedang berpuasa. Nabi menegaskan, agar ia berbuka saja sebab tidak ada gunanya dia berpuasa hari itu, lantaran telah memaki pembantunya. Nabi SAWmengingatkan “Bila kelembutan melekat pada sesuatu, pastilah ia akan menghiasinya. Apabila terlepas, ia juga akan memperburuknya “ (HR.Ahmad).

Nabi SAW bersabda, “Orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang dijauhi manusia karena takut pada kejahatannya“ (HR. Ahmad, Al Hakim). Diriwayatkan satu ketika beberapa orang menemui Rasulullah dan melapor “Wahai Rasulullah. Fulanah terkenal rajin mengerjakan salat, berpuasa dan berzakat. Hanya saja, ia sering menyakiti tetangganya.” Rasul menjawab, “Dia di neraka.“ Orang yang berakhlak buruk, digambarkan Nabi SAW sebagai orang yang bangkrut. Nabi SAW bersabda, “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?“ Mereka menjawab, “Orang yang bangkrut adalah yang tidak mempunyai uang dan harta.” Beliau lalu menjelaskan, “Orang yang bangkrut diantara umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala salat, puasa dan zakatnya. Namun ia pernah mencela orang, mencaci orang, memakan harta orang, memukul, dan menumpahkan darah orang. Maka, ia pun harus memberikan pahala amal baiknya kepada orang-orang itu.nJika amal baiknya sudah habis sebelum dibayar semua, diambillah dosa mereka untuk diberikan kepadanya.Maka ia pun dilemparkan ke neraka “ (HR.Muslim).

Rasulullah SAW bersabda, “Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman.“ Para sahabat bertanya, “Siapa yang Rasul?“ Beliau menjawab “Orang yang tetangganya merasa tidak aman dari keburukannya “ (HR. Muslim dan Ahmad). “Misalnya seorang wanita menjemur cucian yang masih basah, lalu bekas airnya berjatuhan diatas cucian tetangga yang tinggal dibawahnya. Dengan begitu ia terkena hadis diatas,“ ujar Dr. Amr Khaled dalam bukunya Buku Pintar Akhlak. Atau seorang tetangga yang membunyikan tape dengan suara nyaring, sehingga mengganggu orang disebelah rumahnya yang sedang sakit atau istirahat, itupun termasuk dalam hadis tersebut.

Lalu disebutkan pula ada seorang wanita yang salat, puasa, dan zakatnya biasa-biasa saja, tetapi ia tidak menyakiti tetangganya. Maka Rasul menjawab, “Dia di surga “ ( HR.Ahmad ).Dalam hadis lain, Nabi mulia itu menegaskan “Tidak ada yang lebih berat dalam timbangan manusia di hari kiamat daripada akhlak yang baik “ (HR. Abu Daud dan Turmuzi).

Pada kesempatan lain, seorang lelaki bertanya “Ya Rasulullah, apakah agama itu?“ Beliau menjawab, “Akhlak yang baik.“ Kemudian ia mendatangi Nabi dari sebelah kanannya dan bertanya, “Ya Rasulullah, apakah agama itu?“ Nabi menjawab, “Akhlak yang baik. “ Kemudian ia menghampiri Nabi dari sebelah kiri “Apapakah agama itu?” Dia bersabda, “Akhlak yang baik.“ Berikutnya ia mendatang Nabi dari belakang dan bertanya lagi “Apakah agama itu?“ Rasulullah menoleh kepadanya dan bersabda, “Belum jugakah engkau mengerti? Agama itu akhlak yang baik. “

Satu hari Nabi bertanya kepada sejumlah sahabat, “Maukah kalian kuberitahu siapa yang paling kucintai.“ “Tentu ya Rasulullah! “jawab mereka. Nabi SAW menegaskan, “Orang yang paling aku cintai ialah orang yang paling baik akhlaknya “ (HR. Ahmad). Dikisahkan lagi, satu utusan datang kepada Nabi SAW. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Yang paling baik akhlaknya“ (HR.Ahmad dan Ibnu Majah ). Begitu utamanya akhlak yang baik, maka diantara doa yang sering diulangi Nabi ialah “Ya Allah, berikan aku petunjuk kepada akhlak yang paling baik. Tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepadanya kecuaali Engkau. “ Bayangkan, meskipun menjadi Rasul, beliau tetap berdoa seperti itu. Sungguh sebuah tekad yang kuat. Sungguh sebuah usaha untuk tetap menyandang akhlak yang baik. Dan dalam kaitan ini Rasulullah SAW pernah bersabda, “Dengan akhlak yang baik, seorang mukmin akan mencapai derajat orang yang berpuasa dan qiyamullail “ (HR. Abu Daud, Ahmad). Wallahualam. **

Al Quran Sebagai Obat Melerai Duka

Al Quran itu mengandung mukjizat sebagai obat penenang bagi siapa yang ditimpa kecemasan, gelisah, sukar tidur, dan dibayang-bayangi oleh pikiran buruk. Syekh Abi Qasim Al Qusyairi merasa sedih karena putra tersayangnya sakit keras. Ketika sedang tidur, ia bermimpi ketemu Rasulullah SAW. Ia mengeluhkan keadaannya kepada Nabi SAW. “Bagaimana usahamu dengan ayat-ayat penyembuhan (syifa?),“ tanya Nabi SAW.

Ketika bangun ia berpikir tentang ayat-ayat penyembuhan itu. Dia menemukan 6 ayat tersebut yaitu : At Taubah 14 “ Serta melegakan hati orang-orang yang beriman.“ Yunus 57 “ Dan Quran itu penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada.“ An-Nahl 69 “Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.“ Al Isra’ 82, “Dan Kami turunkan dari Al Quran itu suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.“ Asy-Syuara 80, “Dan apabila aku sakit, maka Dialah yang menyembuhkan aku.“ Fhusilat 44, “Katakanlah Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.“ Segera ia membacakan ayat-ayat tersebut kepada anaknya dan ternyata ia seakan terlepas dari belenggu ikatan yang memberatkan. Maka dari itu diantara doa Nabi saw tiap selesai membaca Al Quran, “Aku bermohon kepada-Mu ya Allah, jadikanlah Quran yang agung ini sebagai penyembuh dadaku, pembebas sedihku dan kesembuhan untuk dadaku.“

Seorang lelaki menceritakan perihalnya kepada Abdullah bin Mas’ud , “Wahai Ibnu Mas’ud! Sudah lama aku menderita. Makanku tidak enak, tidurku tidak nyenyak, dan hatiku selalu gelisah.“ Laksana seorang dokter yang teramat ahli, Abdullah bin Mas’ud langsung berkata, “Kalau demikian keadaanmu, maka aku nasehatkan agar engkau melakukan tiga perkara. Pertama bacalah Al Quran. Kalau kamu tidak bisa membacanya, cukup mendengarkan dan hayati maknanya. Kemudian yang kedua hadiri tajkirah – tajkirah agama. Dan ketiga, bawa hatimu berkhalwat dimalam sepi dengan melakukan salat tahajjud. Insya Allah penderitaanmu akan berakhir.“ Masya Allah. Baru saja lelaki itu mendengar resep yang teramat mujarab dari salah seorang sahabat dekat Rasulullah saw ini hatinya mulai tenang, dan wajahnya nampak ceria. a bersegera pulang ke rumahnya. Dia ambil mashhab Al Quran yang memang sudah lama tidak dibacanya itu. Pelan-pelan tapi pasti. Tiap ayat demi ayat yang dibacanya, hatinya bertambah lega. Akhirnya bukan saja rasa dukacitanya sirna, tapi ia menjadi ketagihan membaca Al Quran. Sungguh ajaib. Masya Allah.

Rasulullah saw bersabda, “Sinarilah rumah-rumah kamu sekalian dengan salat sunat dan bacaan Al Quran“ (HR.Baihaqi). Rumah tampak terang benderang menurut pandangan Allah apabila di dalamnya selalu ada ayat-ayat suci Al Quran yang dibaca. Hati menjadi lega, pemaaf, dermawan dan sifat terpuji lainnya.Dalam hadis lain Nabi mulia saw menegaskan, “Dan tidaklah suatu kelompok yang ada di dalam masjid Allah merasa tenang, kecuali mereka membaca kitab Allah dan menderasnya serta berusaha menyingkapkan kata-kata kepada pengertian yang benar dari ayat yang dibaca.“ Abu Hurairah RA berkata, “Rumah yang didalamnya dibacakan Al Quran akan dilimpahi kebaikan, dihadiri para malaikat dan akan dijauhi oleh syetan. Dan rumah yang dialamnya tidak pernah dibacakan Al Quran, akan terasa sempit, tidak ada kebaikan, didatangi oleh syetan dan dijauhi oleh malaikat“ (Az-Zuhud). “Diceritakan, ada seorang lelaki mengeluh kepada Rasulullah saw “Ya Rasulullah. Dadaku merasa sempit dan sesak nafasku.” Nabi saw menjawab, “Bacalah Al Quran “ (HR. Abu Said Al Khudry).

Para kaum salaf saleh menjadikan Al Quran selain sebagai sumber hukum, juga sebagai penyiram dan penyejuk hati ditengah gersangnya kehidupan. Serta mereka menjadikan Al Quran sebagai wirid dalam beribadah. Sangat dianjurkan ketika membaca Al Quran sekaligus menghayati maknanya. Ujar Ibrahim al-Khawash, “Yang menyembuhkan penyakit hati ada lima . Pertama, membaca Al Quran dengan menelaah maknanya. Kedua perut yang kosong (puasa). Ketiga, Qiyamul lail., Keempat, Mendekatkan diri kepada Allah diwaktu sahur, dan Kelima bergaul dengan orang-orang saleh“ (At-Tibyan). K.H.Misbah, (Allahu Yarham), mantan Ketua MUI Jawa Timur pernah memberi resep anti pikun “Pertama istiqamah Qiamul lail, kedua membaca Al Quran dan ketiga jangan cepat emosi, yang diatasi dengan banyak zikir.“

Nabi SAW pun pernah memberi resep kepada Khalid bin Walid, ketika mantan panglima perang Islam kenamaan itu menderita sakit neurosa. Yang pertama agar ia istiqamah membaca Al Quran. Yang kedua, agar banyak berdoa dan yang ketiga jangan meninggalkan qiyamul lail. Simak pengakuan Akhmad Christoffer, sarjana ekonomi kawakan Inggris, ketika ia masuk Islam “Aku menemukan dalam Islam apa yang aku cari cari selama ini, problem apa juga yang dihadapi manusia dalam hidupnya maka ia akan menemukan penyelesaiannya dalam Al Quran.“

Karena itu pesan salah seorang ulama Tabi’in, “Hendaknya disadari betul, bahwa Al Quran itu mempunyai dwi fungsi, yaitu di dunia ini menentramkan jiwa yang gelisah, mengobati penyakit yang tak bisa disembuhkan oleh dokter, menerangi keadaan yang gelap, sedang di akhirat memberikan kenikmatan hidup yang abadi.“ Wallahualam. **

Bahaya Kikir

“Dan siapa yang kikir sesungguhnya ia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri“ (Muhammad (47) ; 38). Rasulullah SAW menerangkan, kurang lebih, “Ketika Allah menjadikan surga, surga itu berkata ‘Wahai Tuhan, mengapa Engkau menciptakanku’. ‘Untuk setiap orang yang dermawan dan bertaqwa,‘ jawab Tuhan. Mendengar jawaban itu surga berkata ‘Aku rela.‘ Neraka berkata, ‘Wahai Tuhan, mengapa Engkau menciptakan aku?‘ Tuhan menjawab, ‘Untuk orang-orang yang kikir dan sombong. ‘ Lalu neraka berkata, ‘Akulah pemilik kedua golongan itu.”

Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah disebut Muslim orang yang kenyang, sedangkan tetangganya kelaparan“ (HR.Bukhari). Hadis lain “Tidaklah beriman kepada-Ku (Allah) orang yang tidur, kenyang, sedangkan tetangganya lapar, padahal ia mengetahuinya“ (HR.Al Bazzar). Dalam surah Al Ma’un Allah menegaskan, “Dicap mendustakan agama orang yang menghardik anak yatim, tidak menolong dan memberi makan orang miskin, enggan memberi bantuan.“

Laut mati salah satu diantara keajaiban dunia. Airnya begitu pekat, karena tingginya kandungan mineralnya. Orang bisa duduk di atasnya sambil membaca. Saat kita keluar dari air itu, tak seorang pun mau dekat dengan kita, lantaran bau busuk air itu yang tidak enak dicium. Dialiri sungai Yordan,laut mati tidak mempunyai aliran keluar (hanya diam ). Laut mati menarik untuk dilihat, dipelajari tapi airnya tidak dapat diminum, karena terpolusi dan busuk. Demikian pula sumur, kolam, yang airnya tidak diambil, dan tidak ada jalan keluarnya, lama-lama airnya juga tidak bisa diminum, bahkan tidak bisa dipakai mencuci karena kotor. Inilah kata Joel Osteen dalam bukunya “Your Best Life Now, “ gambaran orang yang kikir, yang hanya mementingkan diri sendiri.

Salah seorang murid Abu Yazid Al Basthami mengeluh kepadanya, “Pak Kiai, sudah lebih tiga puluh tahun, saya beribadah kepada Allah, namun belum merasakan lezatnya ibadah seperti yang telah dirasakan ahli ibadah lainnya. “Sang ulama besar, yang dikenal juga sebagai seorang Sufi itu menjawab “Biar anda beribadah selama tiga ratus tahun, anda tidak akan merasakannya. “ Dengan penasaran si Murid bertanya sebabnya “Karena anda ego, kikir, hanya mementingkan diri sendiri, acuh, cuek terhadap orang lain,“ tegasnya. Dalam satu hadis Rasulullah SAW bersabda, “Seorang pander (bodoh) yang suka menderma lebih disukai Allah daripada ahli ibadah yang bakhil“ (HR.Turmuzi). Nabi Allah Ibrahim AS pernah ditegor Allah, gara-gara tidak mau memberi makan kepada seorang pemaksiat yang telah dilakukannya selama tujuh puluh tahun.

Nabi Ibrahim AS berkata, “Aku baru mau memberimu makan, dengan syarat asal kamu berhenti bermaksiat.“ Maksud Nabi Ibrahim AS untuk mendidiknya. Namun Allah tidak bekenan dengan sikap tersebut. “Aku tetap memberinya rezeki, walau ia terus bermaksiat. Sedangkan kamu baru sekali dia meminta makan, tidak kamu beri. Urusan hidayah, adalah hak Aku,“ demikian kurang lebih penegasan Allah.

Abu Hurairah RA menuturkan, “Jika ia diletakkan di kuburnya, lalu diperlihatkan tempatnya di neraka, maka ia akan berkata “Wahai Tuhan, kembalikan saya ke dunia, niscaya saya akan bertobat dan beramal saleh.“ Lalu dikatakan kepadanya, “Engkau pernah mendapatkan kesempatan.“ Kemudian kuburnya dipersempit untuknya, sehingga tulang rusuknya remuk, kena himpitan kubur. Allah SWT berfirman, “Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, ia berkata “Ya Tuhan, kembalikanlah saya ke dunia agar saya berbuat amal saleh terhadap yang telah saya tinggalkan “ (Al Mukminun (23 ) : 991-00).

Allah tidak akan memberkahi harta yang selalu disimpan oleh pemiliknya dan tidak mau diinfakkan kepada orang yang wajib dia berikan infak. Karena ini adalah perbuatan orang yang kikir dan kekikiran adalah sifat yang tercela dan dibenci. Yang tidak disukai oleh Allah dan Rasul-Nya juga tidak disukai oleh manusia. Harta orang yang kikir tidak memiliki kebaikan, dan tidak akan berkembang. Rasul SAW bersabda “Hindarilah perbuatan zalim karena orang yang melakukan perbuatan zalim akan disiksa pada hari kiamat. Hindarilah sifat kikir,karena telah membinasakan orang yang datang sebelum kamu “ (HR.Muslim). Dalam hadis lain, Nabi SAW bersabda, “Suatu kaum yang tidak mau mengeluarkan zakat akan ditimpakan bencana oleh Allah selama bertahun-tahun. Orang yang menolak untuk mengeluarkan zakat akan berada di neraka pada hari kiamat “ (HR.Thbarani). Siti Aisyah RA juga meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW telah menegaskan “Apabila harta kekayaan tidak terdapat sedekah sama sekali, maka ia akan membinasakannya. “ Ibnu ‘rabi mengingatkan, “Berhati-hatilah engkau dalam menghadapi kebakhilan, karena kebakhilan itu menjatuhkanmu dan menyeretmu ke lembah kebinasaan di dunia dan akhirat.“ Seorang Ulama Salafus saleh juga berkata, “Kikir, merupakan penyebab Allah menahan rezeki hamba-hamba-Nya.“

Abu Dzar Al Ghifari meriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW duduk di bawah Ka’bah sambil berkata “Demi Tuhannya Ka’bah mereka adalah orang-orang yang merugi.“ Maka aku bertanya, “Wahai Rasulullah SAW. Siapakah mereka?“ Beliau menjawab, “Mereka adalah orang yang memiliki harta yang sangat banyak, tetapi ketika datang dari arah depannya, dan arah sebelah kanannya, dan dari arah sebelah kirinya, hanya sedikit yang mau mengeluarkan sedekah “ (HR.Bukhari-Muslim).

Asma bin Abu Bakar RA bertanya kepada Rasulullah SAW, “Aku hanya memiliki sedikit makanan yang akan aku berikan kepada Zubair, anakku.Apakah aku boleh mendermakan makanan itu kepada orang lain?” Beliau menjawab, “Ya, janganlah kikir karena kamu akan dikikiri oleh orang lain“ (HR.Tizmizi). Allah SWT.menegaskan “Dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri“ (Muhammad (47) : 38). Wallahualam. **

Penikmat Tahajjud

“Salat malam merupakan bentuk ketaatan yang paling utama, ibadah yang menjadi penyebab paling pokok untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat,” kilah Yusuf Khoththor Muhammad dalam bukunya Mukjizat Salat Malam. Quran menjelaskan bahwa orang-orang yang selalu menjaga salat malam adalah mereka yang berhak memperoleh kemurahan Allah dan rahmat-Nya. Al Quran juga memberikan pujian kepada mereka dan menjadikan mereka sebagai bagian dari para hamba Allah yang baik, seperti firman-Nya dalam surah Al Furqan 63-64.

Kedekatan dengan Allah pada malam hari membuat para sahabat rindu akan datangnya malam, karena ibadah pada waktu itu terasa sangat nikmat. Sebagian dari kaum arif mengatakan, (walau dirasa berlebihan, karena nikmatnya surga tidak akan pernah terbayangkan). “Di dunia ini tidak ada sesuatu yang menyerupai kenikmatan surga kecuali yang didapatkan oleh ahli zikir di dalam hati mereka dimalam hari, yaitu manisnya bemunajat kepada Allah dalam salat tahajjud.”
“Sungguh semua Rasul, anbia, aulia dan ulama pilihan adalah penggemar bahkan penikmat tahajjud. Inilah hidangan terlezat bagi hamba-hamba Allah“ (M.Arifin Ilham dalam artikel Tahajjud ). Nabi Isa AS berkata, “Dengan benar aku berkata kepada kalian, berbahagialah orang-orang yang menghabiskan malam harinya dalam beribadah. Merekalah yang mewarisi cahaya abadi karena terjaga di kegelapan malam di atas kaki-kaki mereka di tempat-tempat ibadah. Mereka merendahkan diri dihadapan Tuhan mereka seraya berharap agar Dia menyelamatkan mereka dari siksa hari akhir.”

Tsaur bin Yazid juga berkata, “Saya membaca pada kitab dahulu, bahwa Isa AS berkata kepada manusia, ‘ Perbanyaklah berbicara pada Allah SWT dan kurangilah berbicara pada manusia!“ Orang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana kami berbicara pada Allah?“ Isa menjawab, “Bersunyi dirilah dalam munajat pada Allah dan bersunyi dirilah dalam berdoa pada Allah.“
Rasulullah SAW teramat sangat menyenangi tahajjud. Beliau tetap melakukannya ,baik ketika mukim, sakit, safar maupun dalam peperangan. Satu saat disiang hari ketika Rasulullah SAW menyebut qiamul lail, kedua matanya meneteskan air mata, saking rindunya.Kemudian beliau membaca “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya.“ Dhiror bin Dhomroh Al Kannani berkomentar tentang Ali bin Abi Thalib, “Beliau tidak suka kepada dunia dengan segala kegemerlapannya. Beliau lebih suka kepada waktu malam dengan kegulitaannya.“

Simak pula penuturan Imam Muhammad Baqir, “Hiburan orang mukmin berada dalam tiga hal. Bersenang-senang dengan isteri, bergurau dengan kawan dan mendirikan salat tahajjud.“ Malik bin Dinar, seorang guru Sufi terkenal mengatakan “Pada suatu malam aku tertidur nyenyak sehingga tidak dapat bangun untuk salat tahajjud. Lalu aku bermimpi bertemu dengan seorang gadis tercantik yang belum pernah kulihat dalam hidupku. Ia menebarkan bau harum yang belum pernah kucium sebelumnya. Ia mengulurkan secarik kertas kepadaku yang bertuliskan beberapa kalimat yang berbunyi ‘Kau begitu terlena dalam tidurmu sehingga tidak memperdulikan tingkat surga yang lebih tinggi yang harus kau diami tanpa rasa takut akan kematian. Bangunlah, lebih baik membaca quran dalakm salat tahajjud daripada tidur.‘

Sejak saat itu, setiap kali aku merasa mengantuk, tulisan tersebut terbayang dalam benakku dan kantuk itu pun hilang.“ Imam Syafei RA mengaku, “Kalau saja bukan karena senang duduk bersama orang-orang baik dan berdiri mengerjakan salat di waktu sahur, aku sebenarnya tidak ingin hidup lama di ndunia ini.“ Saking rindunya Hammam bin Al Harits Al Nakhai dengan ibadah malam itu (tahajjud), diantara doanya “Ya Allah sehatkan aku walaupun dengan tidur yang sedikit dan berikan aku rezeki tidak tidur untuk taat kepada-Mu.“

Seseorang bertanya kepada Uwais Al Qarni “Mengapa anda tidak pernah sakit?“ Ia menjawab, “Dengan sedikit makan dan sedikit tidur. Karena itu Allah selalu menjaga kesehatanku.“ Abdullah bin Wahab, ulama Tabi’in mengungkapkan “Kelezatan dunia hanya satu. Kelezatan beribadah malam ada dua. Pertama ketika melaksanakannya dan kedua ketika menuai ganjarannya.” Fudhail bin Iyadh merasa gembira bila malam tiba. Dan sedih bila datangnya siang. Ketika ditanya alasannya, “Ketika malam datang, aku akan berjumpa dengan Rabbku. Tapi ketika siang menjelang, aku bertemu dengan manusia, yang penuh kepalsuan.“ Seorang salafus saleh berkomentar, “Dua puluh tahun aku bersusah payah memaksakan diri bangun tahajjud. Dua puluh tahun berikutnya aku ‘ ektasi ‘ mabuk dengan nikmatnya tahajjud.“ M.Natsir, mantan Perdana Menteri RI di hari Ulang Tahunnya yang ke-70 pernah ditanya wartawan “Apa kesan-kesan bapak selama mengaruhi hidup sampai saat ini?“ “Semuanya berkesan, tapi yang paling berkesan adalah ketika melaksanakan salat tahajjud baik di dalam tahanan maupun diluar tahanan,“ jawab tokoh ulama intelek Indonesia, kaliber dunia itu.

Ibnul Munkadir berkata, “Tidak ada yang tersisa dari kenikmatan dunia ini kecuali hanya tiga hal. Yaitu salat malam, bertemu dengan saudara seiman dan mengerjakan salat dengan berjamaah.” ”Jika anda ingin merasakan kelezatan yang ada di dunia ini, yaitu menghadap kepada Allah, maka anda harus melakukan salat malam“ (Buku Melamar Bidadari dengan Shjalat Malam oleh ‘Amru Khalid). Orang yang melakukan salat malam dengan khusyuk dan tenang akan merasakan nikmatnya iman. Dengan nikmat iman, akan melakukan semua kewajiban dengan ringan. Ketika ia sudah merasa ringan dalam melaksanakan semua kewajiban, berarti ia telah mencapai ketentraman yang hakiki. “Dialah yang telah menurunkah ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah disamping keimanan mereka yang telah ada“ (Al Fath (48 ) : 4). Bila seorang hamba sering bangun pada malam hari untuk taqarrub kepada Allah, ia akan mendapatkan kasih sayang-Nya. Bila ia telah disayangi-Nya dia akan melakukan tugas apapun dengan senang hati.Masya Allah. Wallahualam. **