Home » » Buah Kesabaran Seorang Ibu

Buah Kesabaran Seorang Ibu

Belajar dari sebuah pengalaman kehidupan. Mengingat memori sebuah kenangan delapan belas tahun silam. Ujian kehidupan yang menghantarkan aku pada kedewasaan dan kerelaan. Siapa sih yang ingin ditinggal orang tercinta, ayah kita? Ibu, yah ibu adalah orang yang paling banyak aku ambil pelajaran dari beliau.

Delapan belas tahun membesarkan anak seorang diri dengan penuh keikhlasan dan rasa kasih sayang. Beliau memulai semua ini, mengawali kehidupan baru ini, tanpa seorang suami, dengan petunjuk Allah. Sebelum prosesi pengkuburan ayah, ibu melakukan sholat dua rekaat istikaroh, beliau minta petunjuk ke manakah nahkoda kapal kehidupan keluarga akan dilabuhkan?

Ke manakah para awak akan dibimbing menuju tujuan kehidupan? Begitulah do’a ibuku. Beliau sangat khawatir dengan kehidupan kelima anaknya, aku, dua kakak dan kedua adikku. Mungkin bukan suatu hal yang mustahil untuk merasakan kebimbangan. Pernah terlontar di hati ibuku, beliau akan memberikan masing-masing anaknya kepada saudara-saudara suaminya, tapi hati kecilnya pun menolak,

Apakah gerangan yang akan terjadi jikalau anak-anakku berpisah semua?Akhirnya, berkat petunjuk Allah, ibuku tersadar dan beliau mengambil sikap akan menghidupi keluarga dan melabuhkan kapal kehidupan keluarga dengan seorang diri, tentu dengan tekad dan bismillah.

Mungkin benar kata orang, isteri ditinggal suami, ia tidak akan mencari pengganti dan cenderung akan membesarkan anak seorang diri. Sedangkan jika suami ditinggal isteri, ia akan cenderung mencari pengganti, karena seorang lelaki tidak mungkin dapat hidup sendiri serta tidak mampu untuk membesarkan anaknya seorang diri.

Apa yang terjadi dengan kehidupan keluargaku kemudian? Kehidupan keluargaku berjalan apa adanya, layaknya kehidupan keluarga lain, hanya yang membedakan, kami hidup tanpa seorang ayah dan dibesarkan oleh seorang ibu. Aku tahu ibu terlalu letih menanggung beban kehidupan keluarga kami, tapi apa mau dikata inilah kehidupan, dan saat itu kakak yang pertama pun masih sekolah dibangku SMA.

Adik terkecil pun saat itu baru berumur 2 tahun. Sedang aku baru berusia 8 tahun. Terus siapa yang membantu melabuhkan bahtera keluarga, jika kalau bukan ibu yang berjuang seorang diri. Subhanallah, perjuangan seorang ibuku selama delapan belas tahun silam, membawa atsar sendiri bagi keluargaku. Beliau begitu ikhlas dan sabar membesarkan kelima anaknya seorang diri.

Bukanlah sesuatu yang mustahil, jika beliau membanggakan kami di tengah masyarakat. Aku dapat menamatkan pendidikan sarjana matematika universitas negeri di kota solo. Dua adikku pun berhasil melaju ke bangku kuliah. Salah satunya akan menamatkan sarjana perawat di salah satu universitas negeri di kota yogyakarta.

Kakakku yang pertama berhasil menamatkan ahli madya-nya di universitas negeri di kota solo, begitu juga dengan kakak keduaku yang juga berhasil menamatkan studinya sebagai sarjana pertanian universitas negeri di kota solo.

Apa mau di kata memang takdir yang mengatakan kami seperti ini?Kelima anaknya berhasil dan sukses serta menjadi anak yang sholeh sholihah, menjadi kebangaan beliau. Berkat kesabaran ibulah, kami bisa menjadi seperti ini. Terima kasih ibu, do’a mu yang selalu kami nantikan. Walau kami tahu, engkau hanya seorang penjahit.

Erma Yunita
(sebuah kisah nyata kehidupanku, mengenang kematian ayah 31 Desember 1989)
Judul: Buah Kesabaran Seorang Ibu
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Writen By Anonim

Thaks For Visiting My Blogs
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar