Home » » Antara Penguasa dan Rakyat Jelata

Antara Penguasa dan Rakyat Jelata

“Jika sikap seseorang bersesuaian ketika menyendiri dan ketika bersama orang banyak, Allah SWT berfirman kepada para malaikat, ‘Inilah hamba-Ku yang benar “.

Konon, saat itu sedang terjadi ”pilkada.” Seorang tokoh masyarakat yang mengincar kedudukan itu, berkampanye dengan mengangkat berbagai program kalau dia berhasil terpilih. Seorang ulama akhirat mengingatkan, “Janganlah Anda mengumbar sesuatu yang mustahil akan dapat Anda wujudkan kelak. Sekarang Anda bebas ngomong apapun, termasuk memberi janji-janji kepada rakyat. Tetapi setelah Anda berhasil meraih kedudukan yang Anda idamkan, tampaknya Anda akan lebih sibuk memelihara kedudukan itu daripada menunaikan janji-janji itu“. Sang tokoh tersinggung. Ia berkata ketus, “Apa hak Anda mengingatkan saya?“. “Saya hanya sekedar menjalankan ‘amr makruf nahyi munkar,“ jawab sang Ulama. “Tapi teguran Anda terlalu keras“. “Bahkan sangat lembut dibandingkan azab Allah yang akan menimpa Anda kelak, jika Anda ingkar janji . Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang hamba (manusia) yang diberikan kekuasaan memimpin rakyat mati, sedangkan di hari matinya dia telah mengkhianati rakyatnya, maka Allah SWT mengharamkan surga kepadanya : (HR.Bukhari – Muslim),“ lanjut sang Ulama lagi.


Seorang murid bertanya kepada mursyid yang membimbingnya kearah pemahaman spiritual. Ia bertanya, “Mengapa zaman sekarang banyak orang suka mengumbar janji, Guru?“. ”Karena banyak orang merasa sok kuasa. Mereka merasa mudah berkata akan melakukan ini, itu, tanpa takut ditagih oleh orang-orang yang diberi janji, karena banyak cara untuk menghindar. Antara lain, rekayasa dan lempar batu sembunyi tangan,“ jawab gurunya. Kemudian sang guru melanjutkan, “Padahal, keharusan menepati janji merupakan perintah Allah SWT sebagaimana dalam firman-Nya ‘Tepatilah janji, sesungguhnya janji itu akan ditagih‘ (Israk 34). Justru karena perintah Allah SWT, manusia suka mengabaikannya. Sekarang ini lebih banyak orang berani melanggar hukum Allah daripada melanggar hukum manusia“.


Dalam buku ‘Percikan Hikmah’ oleh H.Usep Romli HM antara lain dikisahkan, kelak ketika terjadi hari kiamat, semua manusia digiring ke padang mahsyar. Serombongan rakyat jelata dan orang-orang miskin mendapat dispensasi menempati jajaran paling depan. Kelompok yang terdiri para penguasa, raja-raja, dan orang-orang besar, yang terlempar ke urutan paling belakang protes keras. Malaikat pengatur barisan memberi penjelasan kepada para pemrotes. “Ketika di dunia, Anda sekalian sering mendapat berbagai fasilitas dan kelonggaran yang memungkinkan Anda diistimewakan. Nah, sekarang saatnya Anda membuktikan keadilan yang tak sempat kalian praktekkan, walaunpun dulu sering kalian omongkan. Biarlah orang-orang kecil dan miskin, yang dulu selalu Anda singkirkan, mencicipi sedikit fasilitas. Sekarang pula saatnya Anda berbagi rasa dengan mereka. Disini Anda harus menanggalkan segala anggapan bahwa Anda lebih utama dari mereka. Lagipula, yang berlaku saat ini bukan protes dan kata-kata, melainkan amal kebajikan“.


Terkait peristiwa diatas, ada baiknya kita simak nasehat Amr bin Ubayd, salah seorang ulama Tabi’in kepada khalifah Ja’far Al Mansyur. “Ya Amirul Mukminin, pada hari hisab nanti, seluruh penguasa akan dihadirkan dihadapan Mahkamah Yang Maha Agung dan Maha Adil. Mereka akan dimintai pertanggungjawaban dari setiap perbuatannya. . Seluruh rakyat akan menjadi pendakwamu, sekaligus menjadi saksi atas segala amal perbuatanmu selama engkau berkuasa. Allah tidak akan ridha kepada engkau, kecuali dengan keridhaan rakyat dan perbuatan baikmu. Oleh karena itu, hendaklah engkau berlaku adil terhadap rakyat dalam menegakkan syariat agama Allah. Di belakangmu ada api yang menyala-nyala. Api itu selalu menanti pelaku kezaliman sebagai bahan bakarnya“. Lalu bagaimana reaksi khalifah Ja’far Al Mansyur? “Berilah aku petuah agar aku dapat mengatasi segala persoalan dalam kekuasaanku“.


Dalam sebuah pertemuan tingkat tinggi, seorang penguasa di sebuah negara membeberkan jasa-jasanya terhadap bangsa dan Negara. ”Untuk mensejahterakan penduduk negeri, saya rela menyingkirkan kepentingan-kepentingan pribadi. Saya tidak lagi memikirkan kesenangan diri sendiri. Siang malam saya selalu terjaga, hanya memikirkan kepentingan Negara dan bangsa,“ kilahnya. Tentu saja tak ada seorang pun pejabat yang membantah. Bahkan semua serempak membenarkannya. Kecuali, seorang penasehat spiritual yang menjadi kepercayaan penguasa itu. “Anda memang sangat berjasa,“ bisiknya. “Namun jasa-jasa Anda mendapat imbalan yang lebih dari cukup. Antara lain, Anda memiliki kewenangan membuat pernyataan-pernyataan yang direkayasa demi kepentingan posisi Anda dan kawan-kawan Anda. Keluarga Anda juga mendapat berbagai fasilitas luar biasa, sehingga mereka menjadi penguasa dan pengusaha yang berperan memperkuat kedudukan Anda dan kawan-kawan. Dan yang lebih penting, Anda bebas mencatut nama rakyat, untuk segala tindakan Anda yang merugikan rakyat sekalipun. Maka wajar saja jika Anda kurang makan dan kurang tidur karena memikirkan rakyat. Bukan karena mensejahterakan mereka, melainkan karena Anda dan rezim Anda selalu ketakutan jika suatu waktu rakyat menggugat Anda“. Wallahualam. **

Sumber: Pontianakpost.com

Judul: Antara Penguasa dan Rakyat Jelata
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Writen By Anonim

Thaks For Visiting My Blogs
Comments
1 Comments

1 komentar: