“Orang-orang yang membelanjakan harta mereka karena keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa ibarat kebun di dataran tinggi yang disirami oleh hujan lebat sehingga menghasilkan buah dua kali lebih banyak. Jika hujan lebat tidak ada, maka hujan gerimis pun memadai .Dan Allah mengetahui apa yang kamu perbuat“ (Al Baqarah 265).
Rasullullah SAW berkata kepada Bilal, “Bersedekahlah wahai Bilal! Jangan takut kekurangan dari pemilik ‘Arsy‘ (HR.Bazzar dan Thabrani). Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya aku memiliki emas sebanyak bukit Uhud, aku sungguh senang jika tidak berlalu lebih dari tiga hari, sedangkan aku masih menyisakan sebagian emas tersebut, kecuali sedikit yang aku sisakan untuk membayar hutang“. Pada hakekatnya harta adalah milik Allah dan manusia adalah hamba-Nya .Manusia hanyalah penjaga dan pengelola harta dari Allah SWT. Allah selalu menyeru hamba-Nya dengan kata-kata yang indah untuk mendermakan hartanya. Kata-kata itulah tergambar dalam sebuah ayat yang mengatakan bahwa Allah akan membeli harta orang mukmin untuk diganti dengan sesuatu yang lebih besar dan lebih mahal yaitu surga, seperti firman-Nya “Allah akan membeli harta dan jiwa kaum Mukmin dengan kepastian bahwa mereka akan mendapatkan surga“ (Taubah 111). Dalam hadis qudsi Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam, kosongkanlah gudangmu untuk memenuhi apa yang ada di sisi-Ku. Engkau akan selamat dari kebakaran, kebanjiran, pencurian dan kejahatan. Itu semua lebih engkau butuhkan.“ (HR.Thabrani dan Baihaqi).
Kesuksesan hidup bukan ditentukan oleh seberapa banyak yang sudah kita raih, tapi seberapa banyak yang telah kita berikan. “We make a living by what we get, we make a life by what we give, - Keindahan hidup dapat kita rasakan, man kala kita lebih banyak memberi daripada menerima,“ ujar mantan Perdana Menteri Inggeris, Churchil. Sekelompok psikologi Eropa melakukan penelitian tentang manfaat berbagi. Hasilnya menakjubkan. Ternyata orang yang senang memberi dengan ikhlas memiliki daya tahan mental yang bagus, mampu menghadapi cobaan hidup dan terhindar dari stress. Kenyataan menunjukkan bagaimanapun hebatnya kita beribadah, tetap saja kita tidak akan dianggap sebagai orang baik oleh masyarakat sekitar kita, kalau kita pelit . “Doi sih emang rajin ibadah. Tapi sayangnya super pelit,“ kilah seseorang.
Abu Hazim memberi nasehat kepada para muridnya. “Berinfaklah kalian semua. Engkau jangan menghawatirkan anak-anakmu setelah ditinggal mati. Sebab jika mereka orang-orang beriman, Allah akan memberikan banyak rezeki kepada mereka. Sebaliknya jika mereka orang-orang yang fasik, harta peninggalanmu hanya akan menambah kefasikan mereka. Bertakwalah kepada-Nya dan serahkanlah urusan masa depan anak-anakmu kepada Allah. Dialah yang menjamin rezeki mereka“. Sedangkan Syaikh Abdul Qadir Jailani, sufi berkata “Apa saja yang berada dalam tangan kita atau yang kita miliki pada hakekatnya adalah milik Allah. Jadi sementara ia masih berada di tangan kita, gunakanlah dengan baik dan pada jalan Allah. Infakkanlah ia pada jalan Allah, karena apa yang kita infakkan pada jalan ini adalah harta yang hakiki“. Kemudian Syaikh Asy-Sya’rani, juga seorang sufi abad ke 9 H berkata, “Engkau jangan menghawatirkan anakmu ditimpa oleh kemiskinan. Akan tetapi, takutlah engkau jika anakmu ditimpa oleh kemiskinan ilmu dan keimanan. Harta yang engkau kumpulkan tidak akan menjamin mereka terbebas dari kefakiran. Yang akan menjamin mereka dari kefakiran adalah tekad yang kuat, iman yang kukuh dan niat yang baik. Jika mereka memiliki perihal dimaksud, walaupun engkau tidak meninggalkan harta, mereka akan menjadi orang yang lebih kaya daripada dirimu. Namun jika mereka lemah tekad, dan iman, sebanyak apapun harta yang engkau tinggalkan, mereka akan menjadi orang yang lebih miskin daripada dirimu“.
Karena itu Hakim bin Hazam, ulama salaf (generasi awal) bertutur, “Jika pada pagi hari di depan pintu rumahku tidak ada orang yang meminta-minta, maka aku pun tahu bahwa itu adalah salah satu musibah, karena aku kehilangan kesempatan melakukan perbuatan yang dengannya kuharap ampunan dari Allah“. Menurut Ibrahim Fathi Abdul Muqtadar, “Sedekah perbuatan yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ia bisa dilaksanakan kapan dan dimana saja, baik ketika dalam kondisi berkecukupan atau saat dalam kondisi berkekurangan, bahkan sedekah lebih utama dari pada haji sunat .Karena sedekah itu sifatnya tidak terbatas, sedangkan haji sunat itu terbatas“.
Berdasarkan pengalaman, “Siapa yang banyak memberi, ia akan banyak menerima. Itulah kekuatan hukum ajaib manajemen sedekah. Benarlah janji Allah dalam Al Quran dan sabda Rasul SAW dalam as sunnah, bahwa Allah akan melipatgandakan rezeki orang-orang yang senang menginfakkan atau mensedekahkan hartanya di jalan Allah (Al Baqarah 261).” Hasan Toha, Direktur P.T. Karya Toha Putra Semarang mempunyai keyakinan “Semakin besar zakat, sedekah yang dikeluarkan, semakin besar pula keuntungan yang didapatkan perusahaannya“.
Dasarnya firman Tuhan, “Barangsiapa menafkahkan hartanya, maka Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik.“ (Saba 29).Imam Al Qayyim berkata, “Sesungguhnya sedekah memiliki khasiat yang menakjubkan dalam menangkal bahaya sekalipun orang yang bersedekah adalah orang yang berbuat dosa, zalim atau bahkan kafir“. ”Maka dari itu dengan sedekah, sungguh Allah menahan bagi penderma berbagai macam bahaya. Hal ini sudah diketahui seluruh penduduk bumi, mereka telah memahami kebaikan yang luar biasa dari sedekah, karena mereka telah mencobanya“ (Buku Rahasia Di Balik Sedekah oleh Ibrahim Fathi Abdul Muqtadar). Wallahualam. **
Rasullullah SAW berkata kepada Bilal, “Bersedekahlah wahai Bilal! Jangan takut kekurangan dari pemilik ‘Arsy‘ (HR.Bazzar dan Thabrani). Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya aku memiliki emas sebanyak bukit Uhud, aku sungguh senang jika tidak berlalu lebih dari tiga hari, sedangkan aku masih menyisakan sebagian emas tersebut, kecuali sedikit yang aku sisakan untuk membayar hutang“. Pada hakekatnya harta adalah milik Allah dan manusia adalah hamba-Nya .Manusia hanyalah penjaga dan pengelola harta dari Allah SWT. Allah selalu menyeru hamba-Nya dengan kata-kata yang indah untuk mendermakan hartanya. Kata-kata itulah tergambar dalam sebuah ayat yang mengatakan bahwa Allah akan membeli harta orang mukmin untuk diganti dengan sesuatu yang lebih besar dan lebih mahal yaitu surga, seperti firman-Nya “Allah akan membeli harta dan jiwa kaum Mukmin dengan kepastian bahwa mereka akan mendapatkan surga“ (Taubah 111). Dalam hadis qudsi Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam, kosongkanlah gudangmu untuk memenuhi apa yang ada di sisi-Ku. Engkau akan selamat dari kebakaran, kebanjiran, pencurian dan kejahatan. Itu semua lebih engkau butuhkan.“ (HR.Thabrani dan Baihaqi).
Kesuksesan hidup bukan ditentukan oleh seberapa banyak yang sudah kita raih, tapi seberapa banyak yang telah kita berikan. “We make a living by what we get, we make a life by what we give, - Keindahan hidup dapat kita rasakan, man kala kita lebih banyak memberi daripada menerima,“ ujar mantan Perdana Menteri Inggeris, Churchil. Sekelompok psikologi Eropa melakukan penelitian tentang manfaat berbagi. Hasilnya menakjubkan. Ternyata orang yang senang memberi dengan ikhlas memiliki daya tahan mental yang bagus, mampu menghadapi cobaan hidup dan terhindar dari stress. Kenyataan menunjukkan bagaimanapun hebatnya kita beribadah, tetap saja kita tidak akan dianggap sebagai orang baik oleh masyarakat sekitar kita, kalau kita pelit . “Doi sih emang rajin ibadah. Tapi sayangnya super pelit,“ kilah seseorang.
Abu Hazim memberi nasehat kepada para muridnya. “Berinfaklah kalian semua. Engkau jangan menghawatirkan anak-anakmu setelah ditinggal mati. Sebab jika mereka orang-orang beriman, Allah akan memberikan banyak rezeki kepada mereka. Sebaliknya jika mereka orang-orang yang fasik, harta peninggalanmu hanya akan menambah kefasikan mereka. Bertakwalah kepada-Nya dan serahkanlah urusan masa depan anak-anakmu kepada Allah. Dialah yang menjamin rezeki mereka“. Sedangkan Syaikh Abdul Qadir Jailani, sufi berkata “Apa saja yang berada dalam tangan kita atau yang kita miliki pada hakekatnya adalah milik Allah. Jadi sementara ia masih berada di tangan kita, gunakanlah dengan baik dan pada jalan Allah. Infakkanlah ia pada jalan Allah, karena apa yang kita infakkan pada jalan ini adalah harta yang hakiki“. Kemudian Syaikh Asy-Sya’rani, juga seorang sufi abad ke 9 H berkata, “Engkau jangan menghawatirkan anakmu ditimpa oleh kemiskinan. Akan tetapi, takutlah engkau jika anakmu ditimpa oleh kemiskinan ilmu dan keimanan. Harta yang engkau kumpulkan tidak akan menjamin mereka terbebas dari kefakiran. Yang akan menjamin mereka dari kefakiran adalah tekad yang kuat, iman yang kukuh dan niat yang baik. Jika mereka memiliki perihal dimaksud, walaupun engkau tidak meninggalkan harta, mereka akan menjadi orang yang lebih kaya daripada dirimu. Namun jika mereka lemah tekad, dan iman, sebanyak apapun harta yang engkau tinggalkan, mereka akan menjadi orang yang lebih miskin daripada dirimu“.
Karena itu Hakim bin Hazam, ulama salaf (generasi awal) bertutur, “Jika pada pagi hari di depan pintu rumahku tidak ada orang yang meminta-minta, maka aku pun tahu bahwa itu adalah salah satu musibah, karena aku kehilangan kesempatan melakukan perbuatan yang dengannya kuharap ampunan dari Allah“. Menurut Ibrahim Fathi Abdul Muqtadar, “Sedekah perbuatan yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ia bisa dilaksanakan kapan dan dimana saja, baik ketika dalam kondisi berkecukupan atau saat dalam kondisi berkekurangan, bahkan sedekah lebih utama dari pada haji sunat .Karena sedekah itu sifatnya tidak terbatas, sedangkan haji sunat itu terbatas“.
Berdasarkan pengalaman, “Siapa yang banyak memberi, ia akan banyak menerima. Itulah kekuatan hukum ajaib manajemen sedekah. Benarlah janji Allah dalam Al Quran dan sabda Rasul SAW dalam as sunnah, bahwa Allah akan melipatgandakan rezeki orang-orang yang senang menginfakkan atau mensedekahkan hartanya di jalan Allah (Al Baqarah 261).” Hasan Toha, Direktur P.T. Karya Toha Putra Semarang mempunyai keyakinan “Semakin besar zakat, sedekah yang dikeluarkan, semakin besar pula keuntungan yang didapatkan perusahaannya“.
Dasarnya firman Tuhan, “Barangsiapa menafkahkan hartanya, maka Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik.“ (Saba 29).Imam Al Qayyim berkata, “Sesungguhnya sedekah memiliki khasiat yang menakjubkan dalam menangkal bahaya sekalipun orang yang bersedekah adalah orang yang berbuat dosa, zalim atau bahkan kafir“. ”Maka dari itu dengan sedekah, sungguh Allah menahan bagi penderma berbagai macam bahaya. Hal ini sudah diketahui seluruh penduduk bumi, mereka telah memahami kebaikan yang luar biasa dari sedekah, karena mereka telah mencobanya“ (Buku Rahasia Di Balik Sedekah oleh Ibrahim Fathi Abdul Muqtadar). Wallahualam. **
Judul: Berinfakkah! Allah akan Berinfak Kepadamu
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Writen By Anonim
Thaks For Visiting My Blogs
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Writen By Anonim
Thaks For Visiting My Blogs